Rabu, 03 Juli 2013

KEBERADAAN DAN WUJUD TUHAN DI DALAM AGAMA HINDU


Om Swastyastu,

            Pertanyaan awal yang sering muncul jika kita menyatakan keberadaan tuhan yakni: Siapakah tuhan itu?, di dalam kitab Brahmasutra I.I.2 disebutkan “ Janmadyasya yatah” yang artinya tuhan ialah merupakan darimana asal mula semua ini. Jadi Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal atau sumber dan sekaligus kembalinya seluruh alam semesta beserta isimnya ini.
Di dalam keyakinan agama Hindu, Brahman atau Tuhan hanyalah satu, esa, tidak ada duanya, namun karena kebesaran dan kemuliaan-Nya, para Rsi dan orang-orang yang bijak menyebutnya dengan beragam nama.
Dalam Kitab Veda juga membicarakan wujud Brahman (Tuhan). Di dalamnya menjelaskan bahwa Brahman sebenarnya adalah energi, cahaya, sinar yang sangat cemerlang dan sulit sekali diketahui wujudnya. Dengan kata lain Abstrak, Kekal, Abadi, atau dalam terminologi Hindu disebut Nirguna atau Nirkara Brahman (Impersonal God) artinya Tuhan tidak berpribadi dan Transenden.
Meski Brahman tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud, namun jikalau Brahman menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat mudah dilakukan. Brahman yang berwujud disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal God), Tuhan yang berpribadi atau immanent.
Tuhan didalam agama Hindu merupakan esensi tertinggi yang meresapi seluruh jagat raya ini, di dalam naskah-naskah kitab suci keberadaan tuhan banyak di jelaskan didalam kitab-kitab tersebut seperti misalnya didalam kitab suci Bhagawad Gita  disebutkan sebagai berikut :
Etadyonini bhutani
sarvani ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)

Yang Artinya:
            Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.

Aham atma gudakesa
sarva bhutasaya sthitah
aham adis cha madhyam cha
bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)

Yang Artinya :
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.

yach cha pi sarvabhutanam
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina syan
maya bhutam characharam. (BG. X.39)

Yang artinya :
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.
Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada.
Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:
"Bhatara Ciwa sira wyapaka
sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
dening manah muang indriya".

Artinya:
Tuhan (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.
Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.
"Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,
sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)

Artinya :
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru.
Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepa_Nya, semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun bila dicicipi terasa adanya disana. Demikian pula seperti adanya api di dalam kayu, kehadirannya seolah-olah tidak ada, tapi bila kayu ini digosok maka api akan muncul.
Eko devas sarva-bhutesu gudhas
sarva vyapi sarwa bhutantar-atma
karmadyajsas sarvabhutadhivasas
saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)

Artinya :
Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.
Karena Tuhan berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya. Tidak ada sesuatu apapun yang ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya.
Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.
Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpancaindra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan Maha Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Tuhan berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa adanya.
Yoccitdapo mahina paryapacyad
daksam dadhana janayantiryajnam
Yo deweswadhi dewa eka asit
kasmai dewaya hawisa widhema. (R.W.X.121.8)

Artinya :

Siapakah yang akan kami puja dengan segala persembahan ini? Ia Yang Maha Suci yang kebesaran-Nya mengatasi semua yang ada, yang memberi kekuatan spiritual dan yang membangkitkan kebaktian, Tuhan yang berkuasa. Ia yang satu itu, Tuhan di atas semua.
Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun ia hanya satu, Tunggal adanya.

"Ekam eva advityam Brahma" (Ch.U.IV.2.1)
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
"Eko Narayanad na dvityo "Sti kaccit" (Weda Sanggraha)
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.
"Bhineka Tungal Ika, tan hana Darma mangrwa" (Lontar Sutasoma)
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.

"Idam mitram Varunam
agnim ahur atho
divyah sa suparno garutman
Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim
yamam matarisvanam ahuh. (R.W.I. 1964.46)

Artinya :

Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang Bercahaya, yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Itu (Tuhan), sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, Yama Matarisvam.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.
Hampir semua kitab menjelaskan keberadaan tuhan dimana tuhan itu pada hakekeatnya ada pada semua mahluk dan tuhan juga merupakan tunggal, seperti matahari yang menyinari jagat raya ini.
Wujud Tuhan di dalam agama Hindu
Secara garis besar tuhan didalam agama Hindu dianalogikan menjadi dua yakni tuhan yang bersifat Nirguna Brahman dan tuhan yang bersifat Saguna Brahman. Dimana tuhan yang Nirguna tidak memiliki wujud, hanya untuk meyakini adanya tuhan yang bersifat Nirguna Brahman dilambangkan dengan aksara “AUM”, sedangkan tuhan yang bersifat Saguna Brahman, yakni tuhan yang diberikan atribut sehingga ada banyak tuhan didalam Saguna Brahman ini akan tetapi pada esensinya tuhan tetap satu.
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
·        Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
·        Purushottama atau Maha Purusha
·        Iswara (dalam Weda)
·        Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
·        Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
·        Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
·        Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
·        Druhina: yang membunuh raksasa
·        Viranci: yang menciptakan
·        Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
·        Srsta: yang menciptakan
·        Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat
·        Vedha: ia yang menciptakan
·        Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu
·        Visvasrt: ia yang menciptakan dunia
·        Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.
Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
1.      Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
2.      Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
3.      Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan
4.      Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp
5.      Maha suci tidak ternoda
6.      Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada duanya.
7.      Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya (swayambhu)
Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha menggambarkan Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh karena itu kitab-kitab Upanisad menyatakan definisi atau pengertian apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan Yang Tidak Terbatas itu tidaklah menjangkau kebesaran-Nya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan tidak ada definsi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan ini, bukan ini.
Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama, memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Om Santih, Santih, Santi, Om

Refrensi :
1.      I Made Titib, Ketuhanan Dalam Weda, Manik Geni, Jakarta, 1994
2.      ----------------, Veda Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan, Paramita, Surabaya, 1996
3.      Prof. Dr. I. B. Mantra, Bhagawadgita, Alih Bahasa dan Penjelasan, Denpasar, 1994  
4.      Swami Viresvarananda, Brahma Sutra, Pengetahuan TentangKetuhanan, Paramita, Surabaya, 2004


DEWA GANESHA


DEWA GANESHA
Oleh : I Nyoman Sudiana

Mitologi tentang Dewa Ganesa
Ganesa adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
  1. Kenapa Beliau berkepala gajah
Dalam kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.
Alkisah Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.
Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.
Ketika dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
Atas saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.
Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau

  1. Makna Tikus s\Sebagai Wahana Dewa Ganesha
Sri Ganesha yang duduk dengan asananya sendiri yang kendaraanNya adalah tikus. Marilah kita memaknai arti dari kendaraan/wahanaNya Sri Ganesha yang unik ini.
"Tikus adalah kendaraan Vinayaka. Apa makna batiniah dari Tikus? Tikus memiliki indra penciuman yang tajam. Tikus adalah simbol dari lampiran kecenderungan duniawi (vaasanas). Telah diketahui bahwa jika Anda ingin menangkap tikus, Anda meletakkan berbau kuat yang dapat dimakan di dalam perangkap tikus. Tikus juga melambangkan kegelapan malam. Tikus dapat melihat dengan baik dalam kegelapan. Sebagai kendaraan Vinayaka, tikus menandakan sebuah bentuk yang menuntun manusia dari kegelapan kepada cahaya. Dengan demikian, berarti bahwa yang menghilangkan semua sifat-sifat buruk, dari segala kegiatan dan pikiran buruk kemudian akan menanamkan sifat-sifat baik menjadi berkelakuan baik dan berpikiran yang baik. "
Seperti juga halnya dijaman sekarang, tikus secara simbulis telah dijamah oleh tangan kreatif di dunia. Sadarkah kita bahwa setiap hari memegang tikus? walaupun sebatas simbul dan namanya. Apa yang dapat anda lakukan tanpa adanya tikus? Dia telah membantu mempercepat pekerjaan anda, dia adalah si mungil yang lincah. Mungkin saat ini telah ada ditangan anda karena jelas sekarang pastilah anda didepan komputer.....Mouse....yang memainkan peranan sangat penting dalam peranti komputer anda.
"Siapa Vinayaka? Dalam Sloka yang diawali dengan kata-kata, Suklaambaradharam Vishnum, hanya bentuk dewa digambarkan. Tetapi ada makna lain untuk nama "Vinayaka". Suklaambaradharam berarti orang yang berpakaian putih. Vishnum berarti ia adalah segala-melingkupi. Sasivarnam berarti kulitnya berwarna abu-abu seperti abu. Chathurbhujam berarti ia mempunyai empat lengan. Prasannavadanam berarti dia selalu menyenangkan pikiran. Sarvavighnopasaanthaye berarti untuk menghilangkan semua hambatan. Dhyaayeth, meditasi (kepadanya). Vinayaka adalah dewa yang menghapus semua sifat-sifat buruk, menanamkan sifat-sifat baik dan menganugerahkan kedamaian pada hamba yang merenung kepadanya Vinayaka juga berarti bahwa ia benar-benar menguasai dirinya sendiri. Dia tidak memiliki master di atasnya. Dia tidak bergantung pada siapa pun. Ia juga disebut Ganapathi. Istilah ini berarti ia adalah penguasa yang ganas - suatu tingkatan kecemerlangan ilahi. Istilah ini juga berarti bahwa ia adalah penguasa intelek dan kekuasaan diskriminatif dalam manusia. Dia memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang hebat. Pengetahuan seperti masalah dari pikiran murni dan suci. "
"Apa makna esoteris gajah Ganesha kepala?" Gajah yang terkenal karena kecerdasannya. Kepala gajah Ganesha melambangkan ketajaman intelek dan kekuasaan tertinggi diskriminasi. Karena kemurnian inteleknya, Vinayaka juga disebut pemberi buddhi (intelek). Dia menjawab doa-doa umat dan oleh karenanya dikenal sebagai Siddhi Vinayaka ( memberikan apa yang dicari). Dalam sebuah hutan, ketika seekor gajah bergerak melalui hutan, ia membersihkan jalan bagi orang lain untuk mengikuti.Demikian juga, dengan menerapkan Ganesha, jalan akan dihapus untuk usaha kita. Kaki gajah begitu besar sehingga ketika ia bergerak dapat cap keluar dari jejak kaki hewan lainnya.Di sini, sekali lagi, makna simbolik adalah bahwa semua rintangan di jalan akan dihapus bila Ganesa diberikan tempat kehormatan. Perjalanan hidup dibuat lebih halus dan lebih bahagia dengan rahmat Ganesa. Ketika seekor gajah bergerak di antara semak-semak, dengan jalan setapak berubah menjadi bagian biasa untuk semua binatang. Dengan demikian sebuah pembuka jalan untuk semua binatang.
Demikian pula, Ganesha membersihkan jalan menuju ke Kebijaksanaan, Akal, dan akan memunculkan kebahagiaan dari dalam.
Ganesha memiliki dua Siddhis (simbolis digambarkan sebagai istri atau selir): Siddhi (keberhasilan) dan Riddhi (kemakmuran). Dimana ada Ganesha disana ada Sukses dan Kesejahteraan ~ Dimana ada Sukses dan Kesejahteraan ....akan ada adalah Sri Ganesh.
  1. Arti Lambang Dan Simbol Dewa Ganesha
Ganesha adalah simbol Sang Hyang Widhi yang berkepalakan seekor gajah diceritakan bahwa Ganesha adalah anak dari bhatara guru atau bhatara siva. Beliau merupakan lambang kecerdasan kebijaksanaan, lambang dewa yang mampu dipuja untuk menyelesaikan segala rintangan, ini dapat dilihat pada perlambangnya yang menggunakan simbol gajah sebagai binatang terbesar dan tanpa ada yang berani melawannya.
Ganesha sebagai artian filosofi dapat dilihat pada bagian ini :
Ganesha, sosok Dewa berbadan gemuk dan berkepala gajah ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ganesha menjadi ikon/simbol lembaga-lembaga penting, sekolah-sekolah, atau pusat studi sebagai simbol ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ganesha telah menjadi begitu populer, dan kepopulerannya tidak hanya pada kalangan Hindu, tetapi telah merambah dunia secara keseluruhan. Seluruh umat, dari Hindu, Islam, Kristen, hingga Budha melihat Ganesha sebagai sosok mahluk lucu dan unik.
Ganesha memiliki kepala yang besar dengan dua telinga besar dan mata yang sipit. Kepala besar melambangkan kita sebagai manusia seharusnya lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah. Sedangkan mata yang sipit berarti konsentrasi. Pikiran harus diarahkan ke hal-hal positif untuk memperbaiki daya nalar dan pengetahuan.
Ganesha juga memiliki dua telinga besar yang mengajarkan supaya kita mendengarkan orang lain lebih banyak. Kita selalu mendengar, tetapi jarang sekali kita mendengarkan orang lain dengan baik: “Dengarkan ucapan-ucapan yang membersihkan jiwa dan seraplah pengetahuan dengan telingamu.”
Ganesha mematahkan satu gadingnya untuk menggurat Kitab Suci di atas daun tal. Satu gading berarti kesatuan. Simbol ini menyarankan manusia hendaknya bersatu untuk satu tujuan mulia & suci.
Lantas, Ganesha juga memiliki mulut yang kecil dan hampir tidak kelihatan karena tertutup belalainya yang dengan rakus ”menghirup rasa” manisan susu ilmu di tangannya. Mulut yang kecil itu mengajarkan agar kita mengontrol gerak mulut dan lidah. Maksudnya adalah bahwa kita harus mengurangi pembicaraan yang tidak-tidak. Sementara belalai yang menjulur melambangkan efisiensi dan adaptasi yang tinggi.
Beralih ke badan Ganesha yang besar: Hal pertama yang kita lihat pastilah perutnya, karena perut itu memang buncit. Ganesha memang selalu dimanja oleh ibu Parvati, istri Siva sebagai anak kesayangan. Perut buncit melambangkan keseimbangan dalam menerima baik-buruknya gejolak dunia. Dunia diliputi oleh sesuatu yang berpasangan, yakni pasangan dua hal yang bertolak belakang. Ada senang, ada pula sedih. Ada siang, ada pula malam.
Ada wajah suram kesedihan di balik tawa riang kita. Dan sebaliknya, ada keriangan dan semangat dibalik kesenduan kita. Itulah hidup, dan kita harus menyadarinya.
Simbol Ganesha memegang sebilah kapak. Kapak berarti menumpas segala halangan dalam karya. Sementara itu, di tangan kiri Ganesha terdapat semangkuk manisan susu.
Terakhir, ada seekor tikus yang selalu berada di dekat Ganesha. Tikus, seperti sifat hewan aslinya, adalah hewan yang penuh nafsu mengigit. Ia memakan apa saja untuk memenuhi hasrat perutnya. Demikianlah tikus dijadikan lambang nafsu dalam figur Ganesha. Lalu mengapa tikus itu menjadi tunggangan Ganesha yang berbadan berat & tinggi ini?
Tikus, atau nafsu harus ditundukkan. Kita harus bisa menjadikan nafsu sebagai kendaraan sehingga kita dapat mengendalikannya, namun banyak manusia kini menjadi kendaraan dari nafsunya sendiri.
Filosofi dan pelajaran hidup, yang ternyata dapat kita petik dari kisah si Ganesh ini, antara lain:
1)      Cerita Ganesha mengajarkan kita agar teguh memegang amanah. Lihatlah betapa Ganesha yang sudah berjanji untuk melaksanakan perintah ibu (angkat)nya, benar-benar teguh dan bertanggung jawab sekalipun ia harus kehilangan kepalanya.
2)      Cerita Ganesha juga mengingatkan kita agar jangan cepat mengambil keputusan atau bertindak ketika pikiran dan perasaan masih sedang diliputi emosi. Lihatlah Bhatara Shiwa yang akhirnya juga menyesal karena terlanjur memenggal kepala si Ganesha.
3)      Kita diingatkan agar tidak mudah menyalahkan orang lain ataupun berburuk sangka atas apa yang menimpa diri kita. Ganesha tidak pernah menyesali Dewi Parwati yang telah membuat kepalanya terpancung, dan juga tidak menyalahkan Bhatara Siwa yang memancung kepalanya.
4)      Ganesh juga mampu membuang jauh-jauh rasa dendam dalam hatinya atas apa yang telah terjadi dan menimpa dirinya.
5)       Ganesha bekerja tanpa pamrih, walaupun fasilitas yang diterima kadang-kadang kurang sesuai dengan yang seharusnya, ia tetap bekerja sebaik-baiknya dan tidak menuntut macam-macam.
6)       Ganesha boleh saja wajahnya si buruk rupa, tapi tidak untuk hatinya.
7)       Ganesha mengajarkan agar hidup itu tetap dijalankan dengan ceria dan optimisme, dan berbuat yang terbaik sesuai kemampuan kita walaupun kita punya keterbatasan, baik keterbatasan fisik, pikiran, tenaga ataupun harta.
8)       Ganesha mengajarkan agar kita tidak mudah menyerah, apalagi rendah diri dengan kekurangan yang ada, tetapi justru mengoptimalkan potensi yang dimiliki, tanpa perlu merasa sombong, hebat atau benar sendiri.
9)      Ganesha juga mengajarkan bagaimana menjadi orang yang selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, dimanapun ia berada.

d.      MAKNA SIMBOL GANESA
1.      Ganapati digambarkan sebagai manusia berkepala gajah untuk menunjukkan kesatuan mahluk kecil (manusia) sebagai mikro kosmos dengan Yang Maha Agung sebagai makro kosmos. Gajah yang berkepala besar juga adalah simbol dari manusia yang seharusnya mempunyai volume otak yang besar dalam artian mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi.
2.      Telinga yang lebar adalah simbol laksana kebijaksanaan untuk banyak mendengarkan. Bagi para pelajar mendengarkan ucapan guru, bagi pemimpin mendengar pendapat bawahannya, bagi para cendekiawan mendengarkan kritik atau pendapat orang lain. Semuanya untuk didengar, dipikirkan, dan dipertimbangkan untuk mengambil langkah selanjutnya.
3.      Berbelalai yang panjang, maknanya dapat memanfaatkan kemampuan yang ada untuk segala keperluan.Patung Ganesa ada yang belalainya menjulur ke kanan disebutWalamburi, dan ada yang menjulur kekiri, disebut Idamburi. Yang menjulur di tengah tidak diberi nama, karena dianggap sesuatu yang normal.
4.      Taring yang patah menyebabkan Ganesa juga disebut sebagai Ekadanta artinya yang bertaring satu. Taring yang patah adalah taring yang di sebelah kanan merupakan simbul pendukung kehidupan yang sejati (berwujud nyata) yang melenyapkan ilusi, sehingga kedua taring itu yang patah dan ynag utuh adalah simbul kesatuan antara yang berwujud dan yang tidak berwujud.
5.      Ganesa berbadan gemuk dengan perut yang buncit, melambangkan semua manifestasi Hyang Widhi ada di dalam diri-Nya.
6.      Ganesa mengendarai tikus (musaka) simbol Atman (roh) yang menguasai semua bentuk perwujudan mahluk hidup.

7.      Sikap tangan Ganesa yang memberikan anugerah (varamudra) sebagai tanda Ia yang memenuhi segala keinginan. Tangan lain yang bersikap mengusir kecemasan (abhayamudra) juga menolak segala halangan, bahaya, dan penderitaan. Sikap tangan yang membawa tali penjerat sebagai simbol penguasaan alam semesta oleh Hyang Widhi dan Ia juga mengatasi kehancuran (moha).
8.      Bertangan empat, simbol penguasaan Catur Veda, penguasaan empat unsur alam semesta, atau segala penjuru alam semesta.
9.      Menduduki tengkorak (kapala) artinya sebagai keluarga Siva (Dewa pralina).
Ciri lain dari Ganesa sebagai putra Dewa Siva adalah penggunaan permata di kening yang disebut sebagai trinetra atau cudamani yaitu mata ketiga Dewa Siva, lembu Nandini sebagai kendaraan Siva, dan Ular sebagai senjata Siva, serta hiasan candrakapala pada gelungan rambut/ mahkotanya.

Refrensi:
1. Swami Chinmayananda, Kejayaan Ganesha, Paramita, Surabaya, 2002.
2. Surpi Aryadharma, Melahirkan Generasi Berkarakter Dewata, Pustaka Bali Post, Denpasar, 2005.